Legenda Khukri, Senjata Dewa Gurkha

Bicara Gurkha tentunya tak lepas dari eksotisnya Khukri, dan begitu pula sebaliknya. Pisau unik yang satu ini adalah senjata ikonic nomor satu dan merupakan senjata yang sangat menakutkan. Sekali terhunus seorang Gurkha, Khukri harus minum darah terlebih dahulu sebelum disarungkan. Tapi benarkah mitos tersebut?

Legenda mengatakan bahwa suatu ketika nanti, Bappa Rawal muda sebagai pendiri Gurkha dalam sebuah pertemuan dengan pandita bernama Gorakhnath yang sedang bermeditasi. Gorakhnath yang menjalani tapa brata merasa sangat gembira bahwa Bappa Rawal merawat dan membersihkan lokasi disekitar tempat ia bermeditasi. Sebagai tanda terimakasihnya, Gorakhnath memberikan hadiah Bappa Rawal dengan sebilah pisau sakti Khukri, yang kemudian dijadikan sebagai senjata wajib bagi semua Gurkha yang mengikuti Bappa Rawal, dan selalu hadir saat Gurkha berhasil menaklukkan wilayah-wilayah di sekitarnya.



Kisah di atas memang hanya mitos, walau memang tak ada satupun sejarawan yang mampu menunjuk dengan pasti asal-usul Khukri. Penyebutannya pun bisa bermacam-macam, AD Inggris memilih penyebutan senjata tersebut dengan lafal Kukri, orang Nepal menyebutnya Khukuri atau Khukri. Yang jelas, seorang Gurkha tak akan lengkap tanpa Khukrinya, dan mereka teramat bangga akan senjata andalannya ini. Buktinya, tiap batalion dalam Gurkha Regiment pasti memasukkan unsur Khukri dalam pelambangan batalionnya. Bukan sekali dua kali terdengar kisah keberanian seorang Gurkha yang hanya bersenjatakan bilah Khukri, seperti saat membantai tentara Jerman dalam PD II, atau prajurit Gurkha yang mencacah seorang Taliban di Afghanistan. Adalah saat yang sangat menakutkan, saat menyaksikan Gurkha berlari sambil menghunus Khukrinya, yang berkilat-kilat diterpa cahaya matahari mencari korban.

Setidaknya, bila diruntut Khukri memiliki pengaruh dari Kopi, pedang klasik milik orang Yunani dan Machira, pedang kavaleri yang dipergunakan oleh pasukan Alexander Agung dalam penaklukannya di India pada 4SM. Pengaruh ini kelihatan pada mata pisau Khukri, yang kecil pada pangkal lalu melebar sampai ke ujungnya. Pada masa-masa awal, tidak ada ukuran standar untuk sebuah Khukri, dimana panjang bilahnya bervariasi mulai dari 4″ sampai dengan 36″ atau dari seukuran pisau, sampai seukuran  pedang.

Tapi meskipun ukurannya berbeda-beda, bentuknya relatif sama dan tak membuat kita kebingungan untuk memastikan itu dalah sebuah khukri, karena ada filosofi yang terkandung dalam bentuk khukri. Punggung mata pisaunya yang terkesan tumpul dibuat melengkung, sementara sisi dalamnyalah yang tajam, yang diarahkan ke benda yang akan dipotong, cenderung memiliki sudut yang ekstrem. Bentuk semacam ini memberikan kelebihan karena titik berat pisau tersebut justru ada di punggungnya, dimana saat diayunkan, Khukri akan sampai ke sasaran dengan lebih cepat dan tenaga yang besar. Oleh karena itu, dibandingkan pisau yang seukuran, Khukri akan jauh lebih efektif saat digunakan untuk gerakan menebas, dan demikian memang manuver serangan utama yang diandalkan Gurkha, tebasan ke kepala, yang disebut `chinnu’ alias memenggal.



Pada kenyataannya, manuver-manuver tebasan ini lebih banyak digunakan saat melintasi hutan, untuk memotong vegetasi-vegetasi yang menghalangi. Karena bentuknya yang efisien, Khukri dapat digunakan untuk memotong pohon yang berdiameter 15 cm dalam satu kali tebasan dengan titik yang tepat, sehingga pasukan Inggris yang bertugas di Birma dalam PD II justru lebih suka membawa Khukri dibandingkan membawa golok. Bilah pisaunya sendiri sudah cukup berat, rata-rata mencapai 500 gram, dan gagangnya pun dibuat dari kayu tebal dan berat, sehingga Khukri dapat diandalkan untuk memukul (pummeling) yang mampu untuk meremukkan tulang atau tengkorak.
Satu hal lagi yang juga menjadi ciri khas dari Khukri adalah cerukan berbentuk bulan sabit pada pangkal bilah yang menghadap keluar.

Ada beberapa teori yang menjelaskan bahwa cerukan ini adalah lambang kesuburan atau pengait yang menjaga Khukri di tempatnya, atau berfungsi juga mencegah darah korban mengalir sampai ke gagang agar tidak licin. Ada pula yang mengatakan bahwa cerukan ini merupakan perlambang dan Trisula, senjata Shiwa yang merupakan sang dewa penghancur dalam agama Hindu. Dalam penggunaan praktis, cerukan ini dapat digunakan juga untuk mengunci serangan senjata lawan. Saat mata pedang lawan dikunci dengan cerukan, satu ayunan kebawah dapat menjatuhkan senjata lawan, tentunya apabila lawan tak mengantisipasinya. Atau cerukan ini dipergunakan untuk membuat luka  jari seorang Gurkha, memberi minum Khukrinya sebelum disarungkan kembali kedalam sarungnya.

Baja karbon
Legenda menyatakan, bahwa Khukri tidak pernah sekalipun patah dalam pertempuran. Faktor logis adalah karena Khukri dibuat dari baja karbon dengan kerapatan yang tinggi, biasa dibuat dan baja rel atau per pada jip dan truk yang memang tergolong sangat heavy duty karena didesain untuk menahan beban berat. Namun seperti keris yang khas di Indonesia, pembuatan Khukri juga melibatkan empu yang disebut Bishwakarmas atau sering disebut juga dengan Kamis. Mereka harus melakukan sejumlah ritual dan puasa sebelum melakukan Khulcuris, yaitu proses pembuatan Khukri. Bahkan dalam pembuatan sarungnya yang disebut dengan Dap yang terbuat dari kulit, hanya ada satu klan yaitu Saarkis yang diakui pandai dalam membuatnya. Mungkin faktor kultural-magis inilah yang juga turut berkontribusi pada kekuatan “lebih” yang bersemayam dalam sebilah Khukri.

Di tempat asalnya Khukri masih dibuat dengan sangat sederhana seperti yang terlihat dalam foto, peralatan yang digunakan pandai besi di sana kemungkinan memang masih sama dengan yang digunakan oleh para leluhurnya. Walaupun demikian untuk kepentingan Gurkha mereka membuatnya dengan standar baku yang sudah ditentukan oleh AD Inggris. Di Indonesia juga masih banyak pandai besi yang tidak kalah bagusnya dalam berkarya. Seperti pandai besi di daerah Cibatu -Jabar, yang juga terkenal dengan goloknya .(hrz)



Tidak banyak desa yang warganya mampu membuat Khukri, dan Khukri yang baik datang dari Bhojpur, Chainpur, Dhankuta, dan Dharan yang berada di sebelah Timur, atau Salyan dan Piuthan di sebelah Barat Kemajuan zaman semakin mendesak tradisi pembuatan Khukri, dan kini sebagian besar khukri dibuat di Dharan. Dalam satu set Khukri biasanya terdapat dua miniatur Khukri, satu tajam dan satu tumpul, yang biasanya disarungkan di sisi bagian belakang. Yang tajam disebut dengan Karda, digunakan untuk mengasah Khukri atau dapat juga memotong tali pusar dalam proses kelahiran bayi. Yang tumpul disebut dengan Chakmak, dan digunakan untuk membantu menyalakan api dengan cara menggesekkannya ke batu api.

Seorang prajurit Gurkha umumnya memiliki dua set Khukri. Yang satu dipergunakan untuk pemakaian sehari-hari termasuk juga dalam bertempur, dan yang satu dipergunakan sebagai alat dalam upacara. Dalam ritual Dashain yang juga dilakukan oleh Gurkha Regiment, Khukri dijadikan alat untuk memotong leher seekor hewan korban untuk menyenangkan para dewa, yang biasanya sering dilakukan sebelum berangkat perang. Oleh karena Khukri yang dipergunakan oleh hams disucikan, maka umumnya seorang Gurkha pasti menyimpan dua Khukri.
Tags

Post a Comment

0 Comments
* Mohon Jangan Spam Disini. Semua Komentar ditinjau oleh Admin

News

iklan banner